Desember 23, 2010

The Only Night with You [ch.1]


Kupandang sekilas diriku melalui bayangan di kaca-kaca toko yang kulewati. Hmm, aku terlihat tampan, Shera tak akan menolakku hari ini. Sembari bersenandung, kulihat jam di tanganku. Sial, aku sudah terlambat 30 menit. Semoga Shera masih menungguku. Aku berlari dengan tergesa. Ditikungan berikutnya aku berbelok, jalanan terlihat senggang, dengan cepat aku berlari menyeberang. Tiba-tiba kurasakan tubuhku terhempas keras. Pandangan mataku gelap.


***

Tik Tik.
Kuperhatikan jarum jam tanganku bergerak. Jarum jam tepat menunjukan pukul delapan. Andre sialan. Kebiasaan terlambatnya sudah tak bisa ditolerir lagi. Kucoba menelponnya untuk kesepuluh, atau entah keberapa kalinya hari ini. Lagi-lagi nada sibuk.
Ugh... sudahlah. Jika dalam lima menit ia tak muncul juga, lebih baik aku pulang. Menyedihkan banget gak sih, duduk sendirian malem minggu di restoran hotel mewah pakai gaun kayak orang hilang? Benar-benar kukutuk ia, sudah membuang waktuku sia-sia. Tepat ketika aku hendak beranjak pergi, ia muncul dengan wajah berbunga-bunga.

”Aku senang kau masih menungguku, Sher” Katanya sembari mencium pipiku, yang langsung kutepis dengan kesal.

”Tau gak, aku nungguin berapa lama?” Kataku sambil bersungut-sungut kesal. Dasar si Andre, enggak merasa bersalah sekalipun, malah cengar-cengir.

Sorry deh, sorry. Tadi jalanan macet, mana sempet ketabrak lagi, hehe..”

”Ohh. Kamu emang bener-bener penduduk jakarta ya.. tau gak? 9 dari 10 alasan warga jakarta terlambat datang adalah macet. Dan kayaknya buat kamu, itu udah bukan lagi kebiasaan, tapi tradisi deh.” Kataku sinis.

Andre hanya menatapku sambil tersenyum, senyum favoritku. Disandarkannya wajahnya diatas kedua tangannya. Masih mengerutkan dahi, kubuang pandanganku ke arah lain. Aku tak pernah bisa menang melawan senyumnya.

”Oke, kali ini kumaafkan.” Kataku akhirnya. Aku meliriknya. Ia mengulurkan tangannya meraih jemariku.

”Sheravina Prasita, you look so beautiful today.” Katanya sembari mencium jari-jariku.

“Jangan gombal!” kurasakan pipiku memerah. ”Jadi biasanya aku jelek gitu?”

”Biasanya cantik kok. Cuma sekarang istimewa aja. Akhirnya bisa melihatmu mengenakan gaun. Enggak sia-sia aku usahain dateng malem ini.” Katanya sambil memandangku lembut.

”Kalau sampai kamu enggak dateng tadi, gak usah deh hubungi aku lagi seumur hidup!” Kataku galak, berusaha menyamarkan rasa malu dalam suaraku.

Harus kuakui, Andre benar-benar tahu bagaimana membuatku tersipu. Aku yang dulu kebal terhadap segala hal yang cliché dan romantis, alergi terhadap segala rayu-rayuan gombal, bisa-bisanya luluh dihadapan rayuan gombal nan cliché Andre. Dan malam ini, aku yang dikenal sebagai cewek tomboy yang keras ini, menggunakan gaun untuk kencan kami yang ketiga. Mahluk dihadapanku ini berhasil membuatku menggunakan gaun, G-A-U-N. Yeah, that sexy night dress with sparkling glitter. Ah, don’t forget the goddammit high heels on my feet. Kalau sampai teman-temanku, keluargaku, bahkan mungkin tukang bakmi pinggir jalan yang biasa kudatangi tahu, pasti bakalan shock terserang stroke karena tak percaya. Jujur saja, aku sendiri masih tidak percaya.


---->to be continue<----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar